Sri Mariyaningsih seperti merasakan kehidupannya yang kedua. Ya, itu setelah dia selamat dari keganasan kanker otak. Dia selamat lantaran obat herbal.
Pasca sembuh, dia mengembangkan sendiri obat herbal dan sudah memberdayakan ratusan orang. Seperti apa cerita hidupnya yang humanis itu?
Dari luar, rumah Sri Mariyaningsih di Puri Cempaka Putih 2 AR/14 Bumiayu, Kedungkandang, Kota Malang, kemarin (12/5) terlihat sepi. Piala dan sertifikat tampak berderet-deret di dua etalase yang tingginya sebahu orang dewasa. Etalase itu berada di teras rumah. Persis di depannya, ada tanaman toga yang rimbun.
(Posdaya) Kemuning, posdaya yang dibentuknya sejak 1997.Tanaman toga itu merupakan bahan baku utama jamu kemuning kreasi Sri Mariyaningsih. Nama kemuning diambil dari nama Pos Pemberdayaan Keluarga
“Saya tadi lagi ada acara UKM di Rampal,” kata perempuan yang akrab disapa Bu Rofiq itu di kantor Jawa Pos Radar Malang menjelaskan kenapa rumahnya kemarin begitu sepi.
Hampir satu jam lebih dia dengan gayeng menceritakan lika-liku perjalanannya mendirikan posdaya, serta pengalamannya mengembangkan jamu herbal. Untuk diketahui, posdaya merupakan forum komunikasi, silaturahmi, advokasi, penerangan, dan pendidikan, sekaligus wadah kegiatan penguatan fungsi keluarga secara terpadu.
“Tahun 1997, di sana (Bumiayu, Red) masih sepi. Saya coba ajak ibu-ibu untuk berkegiatan bareng,” kata ibu satu anak itu.
Bu Rofiq tergerak untuk mengajak ibu-ibu karena sakit yang dideritanya. Dia ingin warga turut aktif dalam kesehatan masyarakat. Lantaran, ketika itu dia masih mengidap kanker otak pasca melahirkan.
“Tahun 1994 itu saya stadium 4 kanker otak. Saya tidak bisa melihat,” ujar istri dari Abdul Rofiq ini.
Kala itu, sejumlah pengobatan dokter sudah dia lakukan. Sampai-sampai Bu Rofiq hampir kehabisan biaya. Bahkan, dia harus menjual rumah dan mobilnya untuk keperluan pengobatannya di Jakarta.
Lalu, Bu Rofiq baru merasakan kesehatannya mulai membaik setelah meminum jamu herbal dari resep seorang profesor kedokteran di Jakarta bernama Prof H M. Hembing Wijayakusuma (Alm). Selama ini, Prof Hembing dikenal sebagai pakar di bidang herbal.
“Saya dikasih tiga lembar daun kompri. Sejak itu kemudian saya berangsur merasa nyaman,” kata perempuan kelahiran Blitar itu.
Setelah itu, Bu Rofiq terus mencari daun kompri untuk diracik menjadi jamu. Dia meminta suaminya, juga keluarganya, untuk mencari banyak bibit kompri yang akan ditanam di rumahnya. Setelah itu, hampir setiap hari Bu Rofiq meneguk jamu dari daun kompri untuk kesembuhan kankernya.
“Itu dulu cobaan Allah SWT. Saya memilih kuat dan sabar saja meskipun uang saya habis,” bebernya.
Karena berhasil selamat dari ganasnya kanker itu, sejak itu Bu Rofiq merasa mengalami ‘kehidupan kedua’.
Ya, Bu Rofiq merasa masih dianugerahi kehidupan oleh Allah setelah berkutat dengan ganasnya kanker. Sejak itu pula dia mengoleksi toga dan membuat jamu herbal untuk kesehatan.
“Kalau sembuh total, ya mungkin baru tahun 2009,” imbuhnya.
Bercerita tentang posdaya, dia mengatakan, hanya segelintir orang yang bergabung. Menurutnya, tidak semua rekannya memiliki usaha. Namun, tetap dia ajak untuk usaha apa saja dan mengembangkan Posdaya Kemuning.
“Ada 10 rekan yang tidak punya usaha waktu itu. Saya kasih Rp 200 ribuan agar mereka bikin kue. Saya yang jualin. Saya titipin ke penjual-penjual kue di pasar,” kata putri alm Suprapto-Suprapti itu.
Meski begitu, perjuangannya memberantas kemiskinan dan rentenir tidak berjalan mudah. Sejak posdaya berdiri hingga tahun 2012, tidak ada bank yang berani meminjamkan dana lewat Kredit Usaha Rakyat (KUR). Puluhan bank yang jadi tujuan tempat peminjaman semua menolak. Tapi, Bu Rofiq tidak menyerah.
“Di TV saya lihat ada program pinjaman KUR. Saya daftar. Ditolak juga. Alasannya, tentu karena kredibilitas posdaya masih dipertanyakan,” jelasnya.
Dia masih ingat bantuan untuk posdaya yang diterimanya datang dari Gubernur Jawa Timur Soekarwo. Kala itu tahun 2010. Bantuan selanjutnya datang dari Kementerian Pertanian pada tahun 2013. Namun puncaknya, pada tahun 2013 dirinya bertemu dengan Direktur Utama Bank UMKM Drs Soeroso. Bu Rofiq meminta pembinaan posdaya yang dipimpinnya. Sejumlah pinjaman pun diberikan. Setelah itu, sejumlah bank mulai percaya dengan kelompok kecil dari Bumiayu itu.
“Sejak itu kami kembangkan usaha per kelurahan. Mulai dari keripik pisang, keripik pare, keripik paru, kue basah, dan jamu herbal. Kampus juga melihat perkembangan kami dan kemudian bekerja sama,” kata Bu Rofiq.
Selain untuk Kanker, Daun Kompri Juga Bisa Atasi Berbagai Penyakit Berikut
Di Indonesia, kompri adalah tanaman herba yang membentuk rumpun dengan tinggi antara 20 hingga 50 cm. Tanaman ini banyak ditemukanjuga di Eropa dan Asia Barat, yang tumbuh di tanah berumput basah atau pinggir selokan.
Kompri memiliki daun tunggal yang berbentuk bulat telur dengan ujung dan pangkal runcing dan tepi rata. Permukaan daun berambut kasar dengan panjang 27-50 cm, lebar 4,5-14 cm, pertulangan menyirip, pelepah tumbuh berseling pada pangkal membentuk roset akar, warnanya hijau.
Selain itu, tanaman kompri ini mempunyai bunga yang majemuk dengan bentuk seperti corong, dan berwarna putih kekuningan. Kompri mempunyai buah bulat dengan tiap buah terdiri dari 4 biji. Kemudian biji berbentuk bulat, ukuran kecil dan keras, dan berwarna hitam.
Komposisi zat yang dikandung kompri cukup banyak, diantaranya symphytine, echimidine, anadoline, alkaloid pyrrolizidine (PAs), tanin, minyak asiri, allantoin, dan vitamin B 1, vitamin B2, vitamin C dan vitamin E.
Berikut cara meramu kompri dalam perannya sebagai obat herbal, semoga bermanfaat yah!
1. Untuk mengobati rematik :
Siapkanlah daun kompri yang muda dan segar sebanyak 15 gram
Cucilah sampai bersih
Potonglah kecil-kecil.
Makanlah sebagai lalap
2. Untuk menyembuhkan tulang patah, luka terpotong, dan luka baru:
Siapkanlah akar kompri segar secukupnya
Gilinglah sampai halus
Balutkan pada bagian tulang yang patah atau luka terpotong
3. Untuk Menghentikan perdarahan :
Siapkanlah akar kompri segar sebanyak 20 gram
Gilinglah sampai halus
Tambahkanlah air perasannya dengan sedikit anggur
Minumlah hasilnya
4. Untuk mengobati penyakit tonsilitis, bronkitis, batuk berdahak:
Siapkanlah akar kompri segar sebanyak 25 gram
Cucilah sampai bersih
Potonglah seperlunya
Rebuslah dengan 2 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas
Saringlah setelah dingin bagilah jadi 2 sama banyak
Minumlah pada pagi dan sore hari.
PENTING!!
Namun perlu diperhatikan, jika dipakai terlalu banyak dan berlebihan, dapat menyebabkan keracunan, terutama kerusakan hati. Penelitian terakhir mengungkapkan kalau kompri adalah tumbuhan yang bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Untuk pemakaian luar, penggunaan daun kompri sebagai obat untuk penyembuhan luka dan tulang patah tidak bermasalah.